PENGENALAN ALAT PENGERING HYBRID
(Laporan Praktikum Mekanisasi Pertanian)
Oleh
Kelompok 8
Dwi saputra
1514121097
LABORATORIUM
DAYA, ALAT DAN MESIN PERTANIAN
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2016
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Proses
penting pasca panen salah satunya yatu proses pengeringan. Karena dari proses pengeringan tersebut kita
bisa mendapat kadar air yang sesuai yang kita sehingga bahan panen yang melalui
proses pengeringan dapat awet sehingga
aman disimpan dan tetap memiliki mutu yang baik sampai ke tahap proses
pengolahan berikutnya. Pengeringan
merupakan salah satu cara mengurangi kandungan air dari suatu bahan melalui
proses penguapan dengan menggunakan bantuan energi panas. Pengeringan dapat
dilakukan dengan dua cara yakni pengeringan alami menggunakan energi radiasi
matahari langsung dan pengeringan buatan yakni dengan menggunakan alat
pengering buatan dengan sumber energi pemanas dari radiasi matahari atau
tambahan dari energi lain. Keduanya
memiliki kelemahan masing-masing.
Selama proses pengeringan, tentunya
dibutuhkan energi panas yang besar untuk menguapkan kandungan air. Terlebih
pada alat pengering buatan yang memanfaatkan energi panas buatan. Jika panas yang
dihasilkan oleh sumber pemanas tidak dimanfaatkan semaksimal mungkin, maka
proses pengeringan dapat dikatakan tidak efektif. Oleh karena itu perlu
dilakukan analisis energi panas yang dibutuhkan selama proses pengeringan untuk
mengetahui seberapa besar energi yang masuk, energi yang digunakan dan energi
yang hilang selama proses pengeringan berlangsung. Sehingga dalam perancangan
suatu alat pengering, dapat ditekan kehilangan panas dari sistem pengering agar
panas yang diberikan dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin.
1.2
Tujuan
Adapun dari praktikum ini adalah
sebagai berikut:
1. Mahasiswa mengetahui fungsi dan
prinsip kerja dari mesin hybrid.
2. Mahasiswa mengetahui cara
menentukan kadar air.
3. Mahasiswa agar
dapat mengetahui fungsi pengeringan.
4. Mengetahui
jenis-jenis alat pengeringan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau
mengilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air
yang di kandung melalui penggunaan energi panas. Biasanya, kandungan air bahan
tersebut di kurangi sampai batas sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh
lagi di dalamya. Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi lebih awet dan
volume bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang
pengangkutan dan pengepakan, berat bahan juga menjadi berkurang sehingga
memudahkan transpor, dengan demikian di harapkan biaya produksi menjadi lebih
murah. Kecuali itu, banyak bahan-bahan yang hanya dapat di pakai apabila telah
di keringkan, misalnya tembakau, kopi, the, dan biji-bijian. Di samping
keuntungan-keuntunganya, pengeringan juga mempunyai beberapa kerugian yaitu
karena sifat asal bahan yang di keringkan dapat berubah, misalnya bentuknya,
misalnya bentuknya, sifat-sifat fisik dan kimianya, penurunan mutu dan
sebagainya. Kerugian yang lainya juga disebabkan beberapa bahan kering perlu
pekerjaan tambahan sebelum di pakai, misalnya harus di basahkan kembali
(rehidratasi) sebelum di gunakan. Agar pengeringan dapat berlangsung, harus di
berikan energi panas pada bahan yang di keringkan, dan di perlukan aliran udara
untuk mengalirkan uap air yang terbentuk keluar dari daerah pengeringan.
Penyedotan uap air ini daoat juga di lakukan secara vakum. Pengeringan dapat
berlangsung dengan baik jika pemanasan terjadi pada setiap tempat dari bahan
tersebut, dan uap air yang di ambil berasal dari semua permukaan bahan
tersebut. Factor-faktor yang mempengaruhi pengeringan terutama adalah luas
permukaan benda, suhu pengeringan, aliran udara, tekanan uap di udara, dan
waktu pengeringan (Hardjosentono, 2009).
Dalam pengeringan
langsung (adiabatik) , zat padat bersentuhan dengan udara panas menurut salah
satu sebagai berikut : udara panas ditiupkan melintas permukaan hamparan atau
lembaran zat padat atau melintas satu atau kedua sisi lembaran atau film
sinambung. Proses ini disebut pengeringan dengan sirkulasi silang. Udara panas ditiupkan
mela:ui hamparan zat padat butiran kasar yang ditempatkan diatas ayak
pendukung. Cara ini disebut pengeringan sirkulasi tembus. Zat padat disiram ke
bawah melalui suatu arus udara panas yang bergerak perlahan-Iahan ke atas,
kadang-kadang dalam hal ini terdapat pembawa ikutan yang tidak dikehendaki
daripada partikel halus oleh udara panas. Udara panas dialirkan melalui zat
padat dengan kecepatan yang cukup untuk memfluidisasi hamparan. Zat padat
seluruhnya dibawa ikut dengan arus udara panas kecepatan tinggi dan diangkut
secara pneumatic dari piranti percampuran ke pemisah
mekanik.
Dalam
pengeringan tidak langsung (non adiabatik) dibedakan terutama menurut caranya
zat padat itu berkontak dengan permukaan panas atau sumber kalor lainnya yaitu
: zat padat dihamparkan di atas permukaan horisontal yang stasioner atau
bergerak lambat dan dimasak hingga kering, pemanasan permukaan ini dapat
dilakukan dengan listrik atau fluida perpindahan kalor seperti uap atau air
panas. . Zat padat bergerak di atas permukaan panas, yang biasanya berbentuk
silinder, dengan bantuan pengaduk atau conveyor sekrup atau conveyor dayung.
Zat padat tergelincir dengan gaya gravitasi di atas permukaan panas yang miring
atau di bawa naik bersama permukaan itu selama suatu waktu tertentu dan
kemudian diluncurkan lagi ke suatu lokasi baru (Hadi, 2015).
Mesin
pengering/oven hybrid biasanya digunakan untuk menyatakan penggunaan dua sumber
energi dalam satu mesin yang digunakan.
Energi yang digunakan bisa keduanya sekaligus maupun bisa digunakan bergantian
Untuk mesin pengering/ oven sendiri pengertian hybrid bisa diartikan mesin
pengering tersebut mempunyai/memanfaatkan dua sumber energi dalam
pengoperasiannya, biasanya kombinasi sumber energi yang sering digunakan adalah
Mesin Pengering hybrid tenaga
matahari dan biomassa, Mesin Pengering hybrid tenaga matahari dan gas, Mesin
Pengering hybrid gas dan biomassa, Mesin pengering hybrid dalam operasional akan memerlukan lebih
sedikit biaya dan sangat membantu dalam hal proses pengeringan. Mesin pengering
hybrid ini bisa dimanfaatkan untuk pengeringan hasil pertanian, laut maupun
untuk hasil industri kecil seperti pengeringan kerupuk,tanaman herbal dll.
Pengering mekanis sistem hybrid pada prinsipnya sama
seperti pengeringan mekanis pada umumnya. Radiasi matahari diubah menjadi
energi panas, dikombinasikan dengan energi panas hasil pembakaran biomassa
apabila radiasi matahari berkurang atau tidak ada. Mesin pengering sistem hybrid
secara umum terdiri atas media penangkap radiasi, ruang pengering, tungku
pembakaran, dan cerobong. Mesin pengering sistem hybrid juga menggunakan
bantuan alat lain untuk membantu sirkulasi udara panas yang ditangkap dan
disebar di dalam ruang pengering. Distribusi suhu pada ruang pengering sangat
berpengaruh dalam mengeringkan bahan pangan yang dikeringkan. Apabila kondisi
cuaca cerah pada siang hari maka pengeringan memanfaatkan penuh sumber energi
matahari, sedangkan pada malam hari atau pada kondisi cuaca hujan atau mendung
maka sumber energi dikombinasikan dengan energi hasil pembakaran bio-massa.
Kadar
air basah didefinisikan sebagai perbandingan massa air di dalam bahan dengan
massa bahan basah. Kadar air basah didefinisikan sebagai perbandingan massa air
di dalam bahan dengan massa padatan (Susilo, 2012).
III. METODELOGI
PRAKTIKUM
3.1 Waktu
dan Tempat
Adapun praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa,
tanggal 8 November 2016 pukul 08.00 WIB. Tempat dilaksanakannya praktikum ini yaitu Laboratorium Daya, Alat
dan Mesin Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3.2 Alat dan
Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut :
1.Buku/Kertas
2. Pulpen
3. Kamera.
Sedangkan, bahan yang digunakan dalam praktikum ini
adalah mesin hybrid.
3.3 Diagram Alir
Mahasiswa
berada di Laboratorium Daya, Alat dan Mesin Pertanian
|
Bagian-bagian
dari pengering hybrid
diamati dan difoto
|
Hasil
|
Mahasiswa
diberikan penjelasan oleh asisten dosen
|
Diamati
oleh praktikan alat yang digunakan.
|
IV. PEMBAHASAN
Pengeringan
bahan pangan merupakan salah satu penanganan pascapanen yang sangat penting.
Pengeringan merupakan tahapan operasi rumit yang meliputi perpindahan panas dan
massa serta beberapa laju proses, seperti transformasi fisik atau kimia, yang
pada gilirannya menyebabkan perubahan mutu hasil maupun mekanisme perpindahan
panas dan massa. Proses pengeringan dilakukan sampai pada kadar air seimbang
dengan keadaan udara atmosfir normal (Equilibrium Moisture Content)
atau pada batas tertentu sehingga aman disimpan dan tetap memiliki mutu yang
baik sampai ke tahap proses pengolahan berikutnya
(Widyotomo
dan Mulato, 2005).
Beberapa faktor yang mempengaruhi
proses pengeringan antara lain sebagai berikut:
1. Luas Permukaan
Bahan
Pada umumnya, bahan yang aakn
dikeringkan mengalami pengecilan ukuran, baik dengan cara diiris, dipotong
maupun digiling. Ukuran yang kecil menyebabkan penurunan jarak yang harus
ditempuh oleh udara panas. Panas yang harus bergerak menuju pusat bahan pangan
yang dikeringkan. Demikian juga pergerakan air dari pusat bahan kepermukaan
bahan menjadi lebih pendek
2. Suhu
Pada umumnya, semakin besar
perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan pangan semakin cepat
pindah panas ke bahan panngan dan semakin cepat pula punguapan air dari bahan
pangan. Apabila udara merupakan medium pemanas, maka faktor enting yang perlu
diperhatikan adalah kecepatan aliran udara.
3. Kecepatan
Pergerakan Udara
Udara yang bergerak atau
bersirkulasi akan lebh cepat mengambil uap air dibandingkan udara diam. Pada
proses pergerakan udara, uap air dari baha akan diambl dan terjadi mobilitas
yang menyebabkan udara tidak pernah mencapai titik jenuh.
4. Kelembaban
Udara
Apabila udara diguakan sebagai
medium pengering datau bahan pangan dikerignkan diudara, semakin kering udara
tersebut (kelembaban rendah) kecepatan pengeringan semain tinggi. Udara kering
mempunyai konsentrasi uap air yang belum mencapai ttiik jenuh, sedangkan udara
lembab hampir jenuh dengan air. Oleh karena itu, udara yang kering lebih cepat
mengambil uap air sehingga kecepatan peneringan lebih tnggi.
5. Tekanan
Atmosfer
Pada tekanan udara 1 atm ai medidih
pada suhu 100oC. Jika tekaan udara lebih rendah dari 1 atm, air
lebih cepat memdidih dan titik didih lebih rendah dari 100oC. Jika
pengeringan bahan dilaukan pada suhu konstan dan tekanan ditirunkan, maka
kecepatan penguapan akan lebih tinggi.
6. Penguapan Air
Penguapan atau evaporasi merupakan
proses penghilangan air yang dilakukan dari bahan pangan yang dikerigkan sampai
diperoleh produk kering yang stabil. Pada proses penguapan air pada bahan,
terjadi proses pengambilan energi dari bahan tersebut sehinga permukaan bahan
menjadi dingin. Proses pendinginan tersebut disebabkan oleh penyerapan panas
laten, tau panas penguapan yang mengubah air menjadi uap air
7. Lama
Pengeringan
Lama pengerngan menentukan lama
kontak bahan dengan panas. Karena sebagian besar bahan pangan sensitif terhadap
panas maka waktu pengerigna yang digunakan harus maksimum, yaitu kadar air
bahan akhir yang diinginkan telah tercapai dengan lama pengeringan yang pendek
(Estiasih dan Ahmadi (2009).
Prinsip pengeringan pada umumnya
menyangkut proses pemindahan panas dan pemindahan
massa yang terjadi secara bersamaan . Pertama-tama panas harus ditransfer dari
medium pemanas ke bahan. Selanjutnya setelah terjadi penguapan air, uap air
yang terbentuk harus dipindahkan melalui struktur bahan ke medium sekitarnya.
Proses ini akan menyangkut aliran fluida di mana cairan harus ditransfer
melalui struktur bahan selama proses pengeringan berlangsung. Jadi panas harus
disediakan untuk menguapkan air dan air harus mendifusi melalui berbagai macam
tahanan agar supaya dapat lepas dari bahan dan berbentuk uap air yang bebas.
Lama proses pengeringan tergantung pada bahan yang dikeringkan dan cara
pemanasan yang digunakan. Dengan sangat terbatasnya kadar air pada bahan yang
telah dikeringkan, maka enzim-enzim yang ada pada bahan menjadi tidak aktif dan
mikroorganisme yang ada pada bahan tidak dapat tumbuh.
Pengeringan alami atau
pengeringan manual yaitu pengeringan dengan menggunakan sinar matahari langsung atau tidak
langsung. Pengeringan alami memanfaatkan radiasi surya, suhu dan kelembaban
udara sekitar serta kecepatan untuk proses
pengeringan. Pengeringan dengan cara penjemuran mempunyai beberapa kelemahan
antara lain tergantung dengan cuaca, sukar dikontrol,memerlukan tempat
penjemuran yang luas, mudah terkontaminasi dan memerlukan waktu yang lama( Taib
,1988).
Berdasarkan prinsip kerja alat dalam memanfaatkan
radiasi untuk proses pengeringan, alat pengering
hasil pertanian yang menggunakan energi surya terdiri atas dua jenis yaitu
sistem pasif dan sistem hybrid. Pengeringan sistem pasif emanfaatkan radiasi
surya dan kecepatan angin tanpa tambahan sumber energi selain surya, sedangkan
pengeringan sistem hybird memanfaatkan sistem pengeringan radiasi surya dan kecepatan angin serta menggunakan tambahan sumber energi lain (listrik, bahan bakar
dan lain-lain) (Setijahartini, 1980).
Jenis-jenis pengeringan yaitu pengeringan alamiah
panas matahari, pengeringan menggunakan bahan bakar, dan pengeringan gabungan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pengeringan alamiah merupakan
ppengeringan yang dilakuakn langsug dibawah sinar matahari tanpa menggunakan
bantuan mesin pengering atau dihamparkan langsung dibawah sinar matahari. Pengeringan gabungan adalah pengeringan
dengan energi matahari dan bahan bakar minyak atau biomassa yang mengunakan
konveksi paksa (udara panas sikumpulakan dalam kolektor kemudian dihembuskan ke
komoditi). Pengeringan gabungan ini dapat menggunakan dua atau lebih energy
pengering contoh alatnya yaitu mesin hybrid.
Pengeringan menggunakan mekanis atau menggunakan bahan
bakar yaitu seperti Tray
Dryer, Rotary Dryer, Spray Dryer.. Prinsip kerja Tray Dryer yaitu rak-rak yang
tersusun bertingkat dan dari bawah keatas dialirkan panas secara zig-zag
menggunakan blower. panas berasal dari listrik, kumparan koil dan steam.
Biasanya panas diatur menggunakan thermostat pada suhu 50-70ÂșC. Prinsip kerja
Rotary Dryer yaitu menggunakan drum panjang horizontal yang berputar, dimana
bagian bawah sedikit turun sehingga produk akan berjalan secara gravitasi
mengikuti putaran drum. Panas dihembuskan baik secara co-current dan counter
current yang berasal dari pembakaran batu bara, minyak bumi dan gas. Sedangkan
prinsip kerja Spray Dryer yaitu air yang terkandung dalam butiran produk yang
akan dikeringkan diubah menjadi partikel halus dengan penguapan oleh atomizer.
Partikel produk akan jatuh ke bawah dengan di spraykan dan dikontakkan dengan
udara panas yang mengalir baik secara co-current dan counter current. Produk
akan jatuh ke bawah sebagai serbuk dan untuk pemisahan partikel padatan terikut
udara panas maka digunakan cyclone.
Dalam istilah mesin pengertian hybrid biasanya digunakan
untuk menyatakan penggunaan dua sumber energi dalam satu mesin yang digunakan. Energi yang digunakan bisa keduanya
sekaligus maupun bisa digunakan bergantian Untuk mesin pengering sendiri pengertian hybrid
bisa diartikan mesin pengering tersebut mempuyai/memanfaatkan dua sumber energi
dalam pengoperasiannya, biasanya kombinasi sumber energi
yang sering digunakan adalah :
1. Mesin
Pengering hybrid tenaga matahari dan biomassa
2. Mesin
Pengering hybrid tenaga matahari dan gas.
3. Mesin
Pengering hybrid gas dan biomassa.
V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum ini
adalah sebagai berikut:
1. Tujuan
dari pengeringan yaitu mengurangi kadar air pada bahan.
2. Fungsi dari pengeringan
yaitu mengurangi kadar air yang terdapat pada biji tanaman sehingga kadar air
seimbang.
3. Pengeringan menggunakan mesin Hybrid lebih efisien dan lebih cepat
proses pengeringannya dibandingkan dengan mengeringkan langsung dibawah sinar
matahari.
4.
Jenis alat pengeringan diantaranya yaitu pengeringan manual , Tray Dryer, Rotary Dryer, Spray Dryer, freeze dryer.
DAFTAR PUSTAKA
Estiasih dan Ahmadi.2009.
pengeringan pasca panen. Gramedia. jakarta
Hadi,
Syafrul. 2015. Laju Pengeringan Kapulaga menggunakan Alat Pengering. Jurnal Teknik Mesin. Vol. 5, No. 1, Hal
49-58.
Hardjosentono, dkk.
2009. Mesin-mesin Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara.
Mulato, S,
S. Widyotomo dan Handaka. 2004. Disain
Teknologi Pengolahan Pasta, Lemak, dan Bubuk Cokelat untuk Kelompok Tani.
Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Badan Litbang ertanian, Departemen
Pertanian. Diakses melalui http://pustaka.bogor.net.
Susilo,
dkk. 2012. Studi Sebaran Suhu dan RH Mesin Pengering Hybrid Chif Mocaf. Jurnal Teknologi Pertanian. Vol. 13 No.
2 Hal. 88-96.
Setijahartini. 1980 . Pengeringan . lnstitut
Pertanian Bogor. Bogor.
Taib, G., G, Said., S, Wiraatmadja..1988. Operasi Pengeringan Pada Pengolahan Hasil Pertanian. Penerbit P.T. Mediyatama Sarana
Perkasa. Jakarta.
LAMPIRAN
Gambar.
Hybrid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar