PENGENALAN
GEJALA KERUSAKAN
TANAMAN
(Laporan Praktikum Bioekologi Hama Tumbuhan)
Oleh
Dwi Saputra
1514121097
Kelompok 9
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2016
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Organisme dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman, mengakibatkan kerusakan dan kerugian ekonomi sering disebut hama . Hama dari jenis serangga dan penyakit
merupakan kendala yang dihadapi oleh setiap para petani yang selalu mengganggu
perkembangan tanaman budidaya dan hasil produksi pertanian. Perlindungan tanaman merupakan
segala upaya untuk mencegah kerugian pada usaha budidaya tanaman, yang
diakibatkan oleh pengganggu tanaman. Serangga merupakan golongan hewan yang
dominan dimuka bumi sekarang ini yang jumlahnya kira-kira 50% dari jumlah
populasi mahluk hidup di bumi. Dalam jumlah mereka melebihi hewan melata daratan
lainnya praktis mereka terdapat di mana-mana. Adapun cara serangga merusak inangnya
bervariasi, biasanya berkaitan erat dengan tipe
mulut dan kehidupannya.
Hal-hal
yang harus diperhatikan sebelum dilakukan pengendalian diantaranya adalah mengenai jenis gejala
tanaman yang ditimbulkan oleh hama, klasifikasi hama itu sendiri, dan dampak
yang ditimbulkan dari jenis pengendalian hama itu juga. Gejala pada tanaman
yang ditimbulkan oleh hama berbeda-beda. Di sisi lain, terdapat juga gejala
kerusakan tanaman yang sama tetapi hama yang bertindak berbeda. Sehingga sangat
sulit dalam menentukan cara pengendalian yang tepat sasaran terhadap hama yang
dipilih baik pengendalian yang berupa pengendalian biologi maupun pengendalian
kimiawai.
Dengan
uraian diatas maka sangat perlu diadakan
praktikum mengenai pengenalan gejala kerusakan tanaman untuk mengetahui bentuk
atau jenis gejala tanaman yang terserang hama dan cara pengendaliannya yang
tepat guna meningkatkan produksi tanaman yang ditanam tanpa merusak ekosistem.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini yaitu untuk
1.
Mengetahui gejala
kerusakan tanaman yang ditimbulkan dari serangan hama.
2.
Mengetahui cara
pengendalian hama yang tepat.
3.
Mengetahui hama
penyebab gejala pada tanaman.
II.
METODELOGI PRAKTIKUM
2.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam
praktikum ini adalah buku
tulis,pena, dan kamera.
Sedangkan bahan ynag digunakan yaitu Hypothenemus hampei, Conophomorpha
cramerella, pengorok daun,kutu sisik,ulat kantung, tungau, Thrips sp.,Dasynus piperis, dan kutu putih.
2.2 Cara Kerja
Cara kerja
dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.
Disiapkan
alat dan bahan yang akan
digunakan.
2.
Diamati
satu persatu spesimen
yang telah disediakan, difoto dan digambar oleh praktikan.
3.
Didengarkan dan
dicatat penjelasan dari asisten praktikum.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Pengamatan
Hasil dari pengamatan kali ini adalah sebagai
berikut:
No
|
Gambar Hama
|
Gambar Tanaman
|
Keterangan
|
1
|
|
|
Nama : Hypothenemus hampei
Gejala serangan : buah
berlubang dan biji hampa.
|
2
|
|
|
Nama : Conophomorpha cramerella
Gejala serangan: biji buah
lengket
|
3
|
|
|
Nama :
Liriomyza huidobrensis
Gejala serangan : daun
transparan
|
4
|
|
|
Nama :
Lepidosaphes beckii
Gejala serangan : timbulbercak
|
5
|
|
|
Nama : Mahasena corbetti
Gejala serangan : terdapat lubang-lubang pada
daun
|
6
|
|
|
Nama : Tetranychus kanzawai
Gejala serangan : ada bercak didekat
pertulangan daun
|
7
|
|
|
Nama : Thrips
sp.
Gejala serangan : daun menggulung
|
8
|
|
|
Nama : Dasynus piperis
Gejala serangan : buang kisut dan hampa
|
9
|
|
|
Nama : Paracoccus marginatus
Gejala serangan : terdapat
benang lilin berwarna putih
|
3.2
Pembahasan
Hama memiliki cara yang berbeda – beda dalam proses penyerangannya
sehingga gejala yang ditumbulkannya juga berbeda-beda. Karena gejala yang
ditimbulkan setiap hama ini berbeda-beda maka kita dapat menduga spesies hama
yang menyerang tanaman teersebut sehingga kita dapat menanggulanginya dengan
tepat.
Klasifikasi hama ini adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Coleoptera
Family : Curculionidae
Genus : Hypothenemus
Species : H. Hampei
penggerek
buah kopi menyerang tanaman
dengan membuat lubang pada sekitar diskus. buah kopi yang masih muda dan terkena serangan ini akan berguguran.
sedangkan buah kopi tua yang terserang menyebabkan timbulnya cacat sehingga
kualitasnya menurun. Berlainan dengan nematoda
parasit serangan ini juga
bisa mengakibatkan buah
kopi yang terserang tidak dapat berkembang sehingga busuk dan gugur yang
mencapai 14 persen. sementara kerusakan
pada buah kopi tua mencapai hingga
50 perren. serangan ini umumnya dilakukan oleh kumbang betina yang meletakkan
telur-telur di dalam buah kopi (Abidin, 2015).
Siklus hidup serangga ini dimulai dari telur, larva,
pupa, dan dewasa, berarti ham ini bermetamorfosis sempurna. Pada umumnya
kumbang betina menggerek ke dalam biji kopi dan bertelur sekitar 30-50 butir
dalam sekali telur, setelah itu telur menetas, dan setelah 4 hari telur menetas
menjadi larva yang menggerek biji kopi 15 harinya kemudian larva berubah
menjadi kepompong (pupa) di dalam biji/buah kopi. Setelah 7 hari kepompong
berubah menjadi serangga dewasa.
Kumbang jantan dankumbang betina kawin di dalam buah kopi, kumbang jantan dapat
hidup dalam waktu 20 – 87 hari dan kumbang betina dapat bertahan hidup dalam waktu
157 hari. Kemudian kumbang betina terbang untuk menggerek buah yang lainnya.
Kumbang jantan tidak bisa terbang sehingga sepanjang hidupnya tetap berada di
dalam buah.
3.2.2
Penggerek Buah Kakao Conophomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae)
Bioekologi : Sekurangnya
dibutuhkan waktu 35 – 45 hari oleh hama PBK untuk berkembang dari telur menjadi
imago (serangga dewasa), sehingga wajar dalam waktu yang cukup singkat
perkembangan hama PBK ini sangat cepat. Siklus hidup serangga PBK ini sama
seperti umumnya serangga lain yaitu : telur, larva, pupa dan imago.
Gejala serangan : Buah
kakao yang diserang berukuran panjang 8 cm, dengan gejala masak awal, yaitu
belang kuning hijau atau kuning jingga dan terdapat lubang gerekan bekas keluar
larva. Pada saat buah dibelah biji-biji saling melekat dan berwarna kehitaman,
biji tidak berkembang dan ukurannya menjadi lebih kecil. Selain itu buah jika
digoyang tidak berbunyi (Triharso,1996).
Klasifikasi Conophomorpha cramerella adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Gracillariidae,
Genus : Conopomorpha,
Spesies : C. cramerella
3.2.3
Pengorok Daun Liriomyza huidobrensis (Diptera: Agromyzidae)
Gejala
serangan lalat penggorok daun ini ditunjukkan dengan adanya guratan berwarna
putih atau perak dengan pola acak tak beraturan menyerupai di permukaan daun. Apabila serangan itu berat maka akan menghasilkan daun mongering dan tidak
mampu mengeluarkan tunas baru.
Lalat betina meletakkan telur sejumlah 50-300 butir
pada bagian epidermis daun, setelah itu telur akan menetas dan akan menjadi
larva, larva tersebut akan menggerogoti jaringan mesofil daun sehingga jaringan
tersebut akan terluka. Jika terluka tanaman tersebut akan budah terinfeksi
fungi atau bakteri dan mengakibatkan kebusukan pada daun. Pada lalat dewasa,
cairan tanaman akan dihisap sehingga tanaman tersebut akan mongering dan tidak
mampu mengeluarkan tunas yang baru.
Fase peletakkan telurnya yaitu Liriomyza huidobrensis meletakkan telur pada bagian epidermis daun dan akan menetas setelah 2-4 hari. Stadium larva
terdiri dari tiga instar dan berlangsung selama 6-12 hari. Setelah itu larva
akan berubah menjadi pupa dan setelah delapan hari, pupa tersebut akan menjadi
lalat dewasa.
Kalsifikasi Liriomyza
huidobrensis adalah sebagai berikut :
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Diptera
Family : Agromyzidae
Genus : Liriomyza
Spesies : Liriomyza huidobrensis
3.2.4
Kutu Sisik Lepidosaphes beckii (Hemiptera : Diaspididae )
Gejala yang ditimbulakan oleh kutu sisik ini yaitu
dauan yang terserang akan berwarna kuning, terdapat
bercak-bercak klorotis dan seringkali membuat daun menjadi gugur. Serangan
berat akan mengakibatkan ranting dan cabang menjadi kering serta terjadi
retakan-retakan pada kulit. Kutu ini biasanya meyerang
bagian daun, batang, dan buah. Pada bagian batang, apabila terserang oleh kutu
ini maka
akan mengekibatkan buah gugur.
Fase petelakan telurnya yaitu kutu betina meletakkan
telur sebanyak 40-80 butir secara berkelompok pada sekitar tubuh inangnya.pada
musim hujan waktu penetasan lebih panjang sedangkan
pada musim kemarau telur menetas antara 15-20 hari. Kutu
jantan pada umumnya megalami 4 kali pergantian kulit sebelum mencapai stadium
dewasa, sedangkan pada betina mengalami 2 kali pergantian kulit.
Klasifikasi kutu sisik ini adalah sebagai berikut :
Kingdom:
Animalia
Phylum:
Arthropoda
Class:
Insecta
Ordo: Hemiptera
Suborder:
Sternorrhyncha
Superfamily:
Coccoidea
Family
: Diaspididae
Spesies
: Lepidosaphes beckii
3.2.5
Ulat kantung Mahasena corbetti (Lepidoptera : Psychidae )
Tanaman pada semua umur rentan terhadap serangan ulat
kantong, tetapi lebih cenderung berbahaya terjadi pada tanaman dengan umur
lebih dari 8 tahun. Keadaan ini mungkin ditimbulkan dari kemudahan penyebaran
ulat kantong pada tanaman yang lebih tua karena antar pelepah daun saling
bersinggungan. Serangan yang ditandai ulat kantung ini yaitu nampak tajuk
tanaman yang kering seperti terbakar.
Seekor ngengat M.
corbetti betina mampu menghasilkan telur antara
2.000-3.000 butir . Telur menetas dalam waktu sekitar 16 hari. . Stadium
ulat berlangsung sekitar 80 hari. Ulat berkepompong di dalam kantong
selama sekitar 30 hari, sehingga total siklus hidupnya adalah sekitar 126 hari.
Ulat yang baru menetas sangat aktif dan bergantungan dengan benang-benang
liurnya, sehingga mudah menyebar dengan bantuan angin, terbawa manusia atau
binantang. Pada akhir perkembangannya, ulat dapat mencapai panjang 35 mm dengan
panjang kantong sekitar 30-50 mm (Syed, 1978).
Klasifikasi ulat kantung ini adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Family : Psychidae
Genus :
Mahasena
Spesies : Mahasena corebetti
3.2.6
Tungau Tetranychus kanzawai
( Trombidiformes : Tetranychidae )
Nekrotik
merupakan gejala yang pasti terjadi pada daun yang terserang tungau hama ini,
kemudian daun tersebut mengering. Populasi tungau yang sangat tinggi dapat
menyebabkan kematian tanaman. Selain itu
juga tungau ini menghisap cairan daun dan mengakibatkan bercak-bercak kecil
namun berkelompok dekat pertulangan daun. Tungau ini biasa menyerang tanaman
pada rumah kaca seperti stroberi, anggur, dan lain-lain, namun tidak jarang,
tungau juga sering dijumpai dilapangan.
Telur
berbentuk bulat seperti bola dan saat baru diletakkan berwarna putih bening.
Larva dan nimfa berwarna hijau kekuningan dengan bintik gelap pada bagian
dorsolateral idiosoma. Biasanya Tetranychus kanzawai
umumnya meletakkan telur pada permukaan
bawah daun tapi terkadang juga pada permukaan atas daun.
Pada betina dewasa berukuran
sekitar 400-500 µm dan jantan dewasa lebih kecil dengan hysterosoma yang
meruncing. Imago T. kanzawai jantan memiliki knob yang besar pada aedeagus
(Zhang 2003).
Klasifikasi tungau adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Arachnida
Ordo : Trombidiformes
Family : Tetranychidae
Genus :
Tetranychus
Spesies : T. urticae
3.2.7
Thrips sp. (Thysanoptera:
Thripidae)
Morfologi thrips. sp
Ukuran Trips
dewasa berukuran + 1 mm,
-berwarna
kuning pucat, coklat atau hitam. Biasanya thrips lebih gelap warnanya apabila
kondisi lingkungan rendah , dan Semakin rendah suhu suatu lingkungan warna
trips biasanya lebih gelap
-
Trips jantan tidak bersayap, sedangkan yang betina mempunyai dua pasang sayap
yang halus dan berumbai.
-
Berkembang biak secara partenogenesis atau dapat menghasilkan telur tanpa
melalui kawin terlebih dahulu
-
Telur yang dihasilkan dapat mencapai 80 – 120 butir. Imago dapat hidup sampai
20 hari.
-
Siklus hidup hama trips sekitar 3 minggu. Di daerah tropis siklus hidup
tersebut bisa lebih pendek (7 - 12 hari), sehingga dalam satu tahun dapat
mencapai 5 – 10 generasi. Trips dewasa dapat hidup sampai 20 hari.
Pada
sub ordo ini terdapat ovipositor yang berfungsi untuk mengebor dan meletakkan
telur kedalam jaringan tanaman. Thrips panjang tubuhnya 1-2 mm berwarna hitam,
datar, langsing dan mengalami metamorfosis sederhana/ setengah sempurna yaitu
mulai dari telur kemudian nimfa/thrips muda berwarna putih atau kuning baru
setelah itu menjadi thrips dewasa sebelum mengalami dua sampai empat
instar Thrips dapat berkembang biak
secara generatif (kawin) maupun vegetatif melalui proses Phartenogenesis,
misalnya thrips yang mengalami phartenogenesis adalah Thrips tabaci yang menyerang
tembakau. Perkembangbiakan secara phartenogenesis akan menghasilkan
serangga-serangga jantan. Imago betina Thrips dapat meletakkan telur sekitar 15
butir secara berkelompok kedalam jaringan epidhermal daun tanaman dengan masa
inkubasi telur sekitar 7 hari (Sudarmono, 2002).
Pada
permukaan daun akan terdapat bercak-bercak yang berwarna putih seperti
perak.
Hal ini terjadi karena masuknya udara ke dalam jaringan sel-sel yang telah
dihisap cairannya oleh hama Thrips tersebut. Apabila bercak-bercak tersebut
saling berdekatan dan akhirnya bersatu maka daun akan memutih seluruhnya mirip
seperti warna perak. Lama kelamaan bercak ini akan berubah menjadi warna coklat
dan akhirnya daun akan mati. Daun-daun cabai yang terserang hebat maka tepinya
akan menggulung ke dalam dan kadang-kadang juga terdapat bisul-bisul.
Kotoran-kotoran dari Thrips ini akan menutup permukaan daun sehingga daun
menjadi hitam. Jadi pada umumnya bagian tanaman yang diserang oleh Thrips ini
adalah pada daun, kuncup, tunas yang baru saja tumbuh, bunga serta buah cabai
yang masih muda. Tanaman cabai yang pertumbuhannya lemah sering sekali mendapat
serangan, hal ini dikarenakan ketebalan epidermisnya yang kurang atau tidak
normal. Maka akan terjadi pertumbuhan yang abnormal sehingga pembentukan bunga
dan buah akan terhambat.
Klasifikasi Thrips
sp. ini adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Thysanoptera
Famili : Thripidae
Genus :
Thrips
Spesies :
Thrips SP.
3.2.8
Penghisap Buah Lada Dasynus piperis (Hemiptera:Coreidae)
Bioekologi :
Siklus Hidup Paurometabola, Telur diletakkan pada permukaan daun dan buah lada
dalam kelompok terdiri dari 3-11 telur, stadium telur berlangsung antara 7-8
hari. Nimfa berwarna kuning kecoklatan, tidak bersayap, memiliki antena yang
lebih panjang dibandingkan panjang tubuhnya, dan mobilitas nimfa tidak terlalu
aktif. Stadium nimfa berlangsung antara 3-4 minggu dan mengalami 4 kali
pergantian kulit. Imago berwarna hijau kecoklatan. Panjang tubuh sekitar 12mm.
Imago aktif pada pagi dan sore hari karena tidak menyukai sinar matahari
langsung . Imago jantan dan betina dapat dibedakan berdasarkan ukuran tubuh.
Imago jantan lebih kecil dan ramping sedangkan imago betina lebih besar dan
gemuk. Dewasa mampu bertelur maksimum 200 butir. Daur hidup seluruhnya dari
telur sampai imago berkisar antara 6-14 minggu (Elzinga,2004).
Klasifikasi Dasynus
piperis ini adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Famili : Coreidae
Genus :
Dasynus
Spesies :
Dasynus piperis
3.2.9
Kutu Putih Paracoccus marginatus
(Hemiptera : Pseodococcidae)
Kutu putih menghisap cairan tumbuh dengan memasuki stilet
kedalam jaringan epidermis daun, buah maupun batang. Pada waktu yang bersamaan
kutu putih mengeluarkan racun kedalam daun, sehingga memgakibatkan klorosis,
kerdil, malformasi daun, daun mengkerut dan menggulung, daun muda dan buah
rontok, banyak menghasilkan embun madu yang dapat berasosiasi dengan cendawan
jelaga, hingga kematian tanaman . Gejala dari serangan kutu putih
yaitu tanaman gagal membentuk tunas baru, daun tua akan menguning, layu, dan
rontok satu per satu. Bagian akar menjadi kempis, permukaan cekung, dan tampak
kurus. Pada serangan parah, tanaman akan menguning, layu, lalu mati. Kutu ini juga dapat mengakibatkan benjolan pada tanman yang diserangganya
seperti bisul.
gejala yang muncul pada tnaman yang telah dewasa yaitu
daun menguning dan lama kelamaan daun akan gugur sedangkan jika tanman telah
terserang berat maka kutu putih akan menutupi permukaan buah (Walker et al. 2003).
Kutu putih ini biasa menyerang tanaman alpukat, terong, tomat, kamboja, aglaonema, palm putri,
kembang sepatu, puring, zodia, serta tanaman bukan komoditas hortikultura yaitu
singkong dan jarak. Biasanya kutu putih meletakkan telurnya hingga 100-600
butir dalam sekali peletakkan di dalam sebuah kantung telur yang terletak dalam
waktu satu hingga dua minggu (Walker
et al.2003).
Kantung telur terbuat dari benang-benang lilin yang sangat lengket, mudah melekat pada
permukaan daun dan dapat diterbangkan oleh angin. Selanjutnya setelah telur
menetas maka akan terbentuk nimfa, nimfa pertama disebut crawer, aktif bergerak mencari tempat makan disekitar tulang daun. Individu jantan melalui
empat stadium hidup yaitu telur, nimfa, pupa, dan imago. Stadium imago jantan memiliki
satu pasng sayap, aktif terbang mendekati betina dewasa (MiIller,2002).
Klasifikasi kutu putih ini adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas :
Insect
Ordo :
Hemiptera
Superfamili : Coccidea
Famili :
Pseodococcidae
Genus : Paracoccus
Spesies : Paracoccus marginatus
IV.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dalam praktikum ini
adalah sebagai berikut :
1. Hama yang menyerang tanaman memiliki gejala yang
berbeda-beda.
2. Walaupun tipe alat mulutnya sama tapi biasanya gejala
yang ditimbulkan berbeda.
3. Kutu putih dapat berperan sebagai hama dan vector
penyebab penyakit tanaman.
4. Gejala yang muncul akibat serangan dapat menyebabkan
gangguan fisiologis pada tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin.2015. cara jitu pengendalian hama penggerek
buah kopi. Gramedia . jakarta
Elzinga.
2004. Hama dan Penyakit Tanaman.
Jakarta. Penebar Swadaya
Sudarmono.
2002. Pengenalan Serangga, Hama,
Penyakit, dan Gulma Padi. Kanisius.Yogyakarta.
Triharso.
1996. Dasar-dasar
Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Walker, R.
dan Edwarda, C. 2003. Clinical Pharmacy
and Therapeutics.
Churchill Livingstone. London.
Weller Seward E. Miller. 2002. Textbook of
Clinical Pathology. Eight edition/Asian edition. Igaku Shoin. Tokyo.
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar